Semuanya dimulai dengan foto. Pada tahun 2020, kakek Sander Coers dibawa dari rumahnya di dalam kantong mayat, dan foto itu diterbitkan di The Bali Post. Ini tepat di awal pandemi Covid-19, tetapi kakeknya tidak meninggal karena virus. Dia menderita serangan jantung.
“Melihat gambar itu terasa surealis, hampir seperti gangguan ke dalam sesuatu yang sangat pribadi,” kata Sander. “Tapi pada saat yang sama, itu menjadi semacam katalisator bagi saya.” Hasilnya adalah SanjunganProyek yang sangat intim dan berlapis-lapis yang menggali warisan keluarga, migrasi, dan ingatan yang tenang dan kompleks. “Itu adalah titik awal untuk mengeksplorasi keheningan, kerugian, dan sejarah yang tidak terucapkan yang telah membentuk keluarga selama beberapa generasi,” katanya.
Seniman yang berbasis di Rotterdam menjelaskan bahwa kakeknya dilahirkan dari seorang ibu Indonesia dan seorang prajurit Belanda-“terperangkap di antara dua budaya yang ditandai oleh kolonialisme, perang, dan perpindahan.” Sementara kakeknya menghabiskan sebagian besar hidupnya mencari petunjuk tentang asal -usulnya, dia jarang berbicara tentang apa yang dia temukan.
Di dalam Sanjungan, Sander mengambil pertanyaan yang belum terjawab, menenun foto keluarga, benda, tekstil, keramik, dan gambar yang dihasilkan AI untuk merefleksikan apa yang hilang-dan apa yang bisa disatukan kembali. Apa yang dimulai sebagai kisah pribadi dengan cepat membentang menjadi sesuatu yang jauh lebih luas: potret keheningan generasi, dan bayangan sejarah kolonial yang tersisa.